Liputan BMI--Setiap orang tua pastinya menginginkan pendidikan yang berkualitas untuk anakanya. Orang tua akan melakukan apa saja demi menyekolahkan dan membahagiakan anaknya agar mereka tumbuh menjadi orang yang mempunyai intelegensi yang tinggi.
Cita-cita itulah yang selalu timbul dalam benak Hasyim Argum ( 44 ) Tenaga Kerja Indonesia ( TKI ) asal Desa Purwo Asri, Kecamatan Gumuk Mas, Kabupaten Jember-Jawa Timur. 15 belas tahun sudah ia jalani menjadi TKI di Arab Saudi, semata-mata hanya ingin membahagiakan dan menyekolahkan putri semata wayangnya.
"Pertama saya bekerja sendirian di Makkah selama dua tahun dan di Riyadh dua tahun, sekarang saya bekerja di Al Naim, Jeddah bersama istri sudah hampir sepuluh tahun lebih, " tutur Hasyim ketika berbincang dengan kontributor Liputan BMI.
" Saya rela menjadi TKI belasan tahun hidup ditelunjuk orang, yang penting saya bisa menyekolahkan anak, agar suatu saat nanti anak saya tidak mengalami nasib yang sama seperti bapak dan ibunya, " sambungnya.
Pengorbanan dan jerih payah Hasyim pun tak sia-sia , pasalnya putri semata wayangnya yang bernama Fitriana Nur Cahaya Pertiwi ( 22 ) kini hanya tinggal satu tahun menunggu kelulusan di Akademi Kebidanan Bina Husada Jember.
"Alhamdulilah anak saya tinggal menunggu satu tahun lagi menunggu kelulusanya, padahal sewaktu dulu pertama pendaftaran, saya sempat ditolak oleh salah satu Dosen disana, saya ditanya pekerjaan dan penghasilan perbulanya, katanya jangan sampai mendaftarkan anak tapi tidak tidak mampu untuk melanjutkan biayayanya, " kenang Hasyim.
Hasyim pun berencana akan berhenti menjadi TKI jika putrinya sudah bekerja dan mendapatkan gajih sendiri, " ya sebenarnya saya sudah capek juga jadi TKI terus, tapi apadaya, ini semua demi cita-cita anak saya, Insha Allah satu atau duatahun lagi saya akan pensiun jadi TKI, " tutup Hasyim.
"Pertama saya bekerja sendirian di Makkah selama dua tahun dan di Riyadh dua tahun, sekarang saya bekerja di Al Naim, Jeddah bersama istri sudah hampir sepuluh tahun lebih, " tutur Hasyim ketika berbincang dengan kontributor Liputan BMI.
" Saya rela menjadi TKI belasan tahun hidup ditelunjuk orang, yang penting saya bisa menyekolahkan anak, agar suatu saat nanti anak saya tidak mengalami nasib yang sama seperti bapak dan ibunya, " sambungnya.
Pengorbanan dan jerih payah Hasyim pun tak sia-sia , pasalnya putri semata wayangnya yang bernama Fitriana Nur Cahaya Pertiwi ( 22 ) kini hanya tinggal satu tahun menunggu kelulusan di Akademi Kebidanan Bina Husada Jember.
"Alhamdulilah anak saya tinggal menunggu satu tahun lagi menunggu kelulusanya, padahal sewaktu dulu pertama pendaftaran, saya sempat ditolak oleh salah satu Dosen disana, saya ditanya pekerjaan dan penghasilan perbulanya, katanya jangan sampai mendaftarkan anak tapi tidak tidak mampu untuk melanjutkan biayayanya, " kenang Hasyim.
Hasyim pun berencana akan berhenti menjadi TKI jika putrinya sudah bekerja dan mendapatkan gajih sendiri, " ya sebenarnya saya sudah capek juga jadi TKI terus, tapi apadaya, ini semua demi cita-cita anak saya, Insha Allah satu atau duatahun lagi saya akan pensiun jadi TKI, " tutup Hasyim.
+ comments + 1 comments
Yang kaya gini sih buanyak....
saya juga TKI, punya ruko harga 1M, biasa biasa aja tuh