By : Jafry Aljawad
Dewi sudah merencanakan pulang setelah fitri karena bulan bulan Ramadlan banyak kerjaan. Disamping itu ia berharap mendapat hadiah lebaran. Ia yang seorang janda sudah tujuh tahun bekerja di Arab Saudi, enam tahun diantaranya menjadi TKI kaburan. Ia sudah memberi kabar kepada keluarganya bahwa rencananya setelah bulan Syawal akan pulang ia minta doa kepada orang tuanya agar proses kepulanganya lancar. Jauh2 hari Dewi sudah mempersiapkan oleh2 buat anak dan orang tuanya diantaranya kalung yang ada bandulnya.
Di kontrakanya Dewi tinggal bersama dengan kawan2nya sesama TKW kaburan dibawah asuhan Pak Mas'ul yang cuma seminggu sekali bertemu yaitu saat ijazah (libur mingguan). Di hari jum'at pagi hati Dewi gelisah wajahnya tidak cerah, bukan karena tak punya uang untuk pulang atau takut nantinya harus menginap di tarhil tapi ada sesuartu ia sembunyikan. Teman2nya bertanya ada apa hari ini Dewi kelihatan gelisah tak seperti sebelumnya yang ceria penuh canda tawa. Lama2 Dewipun berterus terang kepada kawan2nya bahwa ia sudah tiga bulan tak keluar darah kotor (menstruasi) dan minggu ini sudah memasuki bulan keempat. Semua kawanya sudah maklum dan bisa menebak bahwa Dewi hamil karena semua tahu juga bahwa Dewi punya pacar yang kini sudah minggat alias pergi.
Si Dewi bertanya kepada kepada kawan2nya bagaimana cara melenyapkan kandungan yang ada dalam perutnya, karena bulan depan ia merencanakan mau pulang. Bagaimana mungkin ia harus pulang perutnya besar tanpa suami, apa kata keluarganya nanti??
Dari jawaban yang dikeluarkan oleh kawan2nya Dewi memilih menggugurkan kandungan secara tradisional yaitu dengan cara diurut/dipijat. Maka didatangkanlah tukang pijat yang akan menggugurkan kandungan Dewi yang tentu saja lewat hubungan sesama penghuni kontrakan dengan imbalan uang real sekian.
Manusia hanya bisa berusaha Tuhan jualah yang menentukan hasilnya.
Ada pribahasa lain : untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak, itu yang dialami Dewi. Pada malam hari saat Dewi diurut untuk diaborsi ia mengalami pendarahan yang luar biasa. Si tukang urut alias tukang pijat yang punya keahlian menggugurkan ini kaget juga baru kali ini mengurut pasien mengalami pendarahan hebat. Semua penghuni kontrakan bingung dan cemas melihat kondisi Dewi yang badanya makin pucat dan melemas. Mau dibawa ke rumah sakit nggak berani pasti banyak pertanyaan apa sebabnya mengalami pendarahan, apalagi statusnya sebagai TKW kaburan. Akhirnya Dewi diobati ala kadarnya dikontrakan, sambil menunggu pertolongan Tuhan.
Dewi sepertinya sudah merasa bahwa nyawanya tidak akan tertolong lagi karena kondisinya makin kritis. Di satu siang ia berpesan atau berwasiat kepada kawanya yang kebetulan asalnya sedaerah bila pulang nanti titip agar memberikan kalung kepada anaknya. Kawanya tersebut tahu persis alamat Dewi di kampungnya dan mencatat nomor HP orang tuanya. Tak lupa uang simpanan Dewi sebesar 8.000 SR agar diberikan juga kepada orang tuanya. Mengenai nasib jasadnya bila ia meninggal ia serahkan kepada Pak Mas'ul dan kawan2nya sekontrakan Dewi ikhlas mau diapakan juga mau dikubur atau dibuang. Setelah ia berwasiat dengan suara lirih kepada dua kawan yang menunggunya sebutlah namanya Santi dan Siti, persis saat terdengar suara adzan maghrib Dewi menghembuskan nafas yang terakhir untuk kembali ke alam baka menghadap Tuhan pencipta alam semesta...Inna lillahi wa inna ilaihi raji'uun........
Santi dan Siti tak kuasa menahan air mata ia menangis melihat Dewi meninggalkan alam dunia. Jasad Dewi ditutup dengan selimut dan tetap terbaring di atas tempat tidur. Keduanya segera menghubungi Pak Mas'ul dan Si Tukang urut serta kawan lain sesama penghuni kontrakan. Malam itu HP almarhumah Dewi banyak berdering bahkan ada SMS dari anaknya menanyakan kabarnya jadi enggak pulang. Atas inisiatif Siti dan Santi HP Dewi dicabut nomornya agar tak berbunyi lagi. Pak Mas'ul dan semua penghuni kontrakan bingung bagaimana cara mengubur mayat Dewi. Yang paling ditakutkan adalah karena kematian Dewi bukan karena sakit biasa melainkan karena aborsi (pengguguran). Jika dilaporkan, pasti polisi akan menyeret tukang urut dan semua penghuni kontrakan ke penjara Breman karena itu masuk delik asusila, kriminal dan kejahatan.
Tiga malam sudah mayat Dewi dibiarkan diatas pembaringan bau busuk mulai menyengat kontrakan. Satu persatu kawan almarhumah Dewi mulai pindah kontrakan karena ketakutan dan mayat Dewi dibiarkan sendirian. Pada hari kelima atas kesepakatan mantan penghuni kontrakan mengadakan urunan uang dan menyuruh pendatang berkebangsaan Pakistan untuk mengubur mayat Dewi seadanya atau membuangnya ke padangpasir yang penting tidak ketahuan polisi. Entah dikubur atau dibuang dimana kawan2 Dewi tidak tahu yang jelas pada malam ketujuh setelah Dewi meninggal mayatnya sudah tidak ada dikontrakan.
Pada malam itu Santi yang sejak almarhumah Dewi dalam kondisi kritis menunggui bermimpi. Santi dalam mimpinya melihat Dewi duduk di alam terbuka dalam kondisi sedih. Dengan suara parau Dewi berpesan agar Santi dan Siti : "Teh Santi dan Teh Siti sebaiknya kalian cepat pulang jangan mengalami nasib seperti aku...... Jika Teteh sudah sampai di Indonesia tolong sampaikan amanat itu kepada orang tuaku.......".
Sontak saja Santi terbangun dari tidurnya, ia melihat pukul 03.00 pagi. Ia ke kamra mandi mengambil air wudlu kemudian shalat tahajud. mendoakan arwah Dewi dan berdoa kepada Alaah agar kepulangnya lancar. Memang tadinya Dewi, Santi dan Siti sebagai sesama TKW kaburan merencanakan pulang secara bersamaan.
Singkat cerita Santi dan Siti pulang (bagaimana proses di tarhil tak perlu diceritakan).
Sesampainya di Indonesia Santi ingat betul pesan, amanat alias wasiat almarhumah Dewi kawanya itu. Setelah Santi melepas kerinduan di kampung halaman beberapa hari ia segera menemui orang tua Dewi di kampung Citegal, Desa Cibuntu Kec, Simpenan Pelabuhanratu. Ia pagi2 berangkat dari rumah dengan menyewa motor ojek. Empat jam dalam perjalanan tepat pukul 10.00 pagi ia sampai di rumah orang tua Dewi. Hari itu kebetulan hari Kamis di kampung Citegal sedang ada kegiatan Posyandu orang tua Dewi ada di rumah semua.
Setelah bertanya ini itu di jalan akhirnya sampai juga Santi di rumah orang tua Dewi. Semula warga mengira yang datang itu adalah Dewi karena Santi pakai kerudung dan masih kelihatan betul putih kulitnya mantan TKW yang baru pulang dari Saudi, Santi memperkenalkan kepada orang tua Dewi bahwa ia teman dekatanya Dewi di Saudi yang akan menyampaikan amanah atau titiipan. Sebelum Santi melanjutkan pembicaraan kepada orang tua Dewi ia tak kuasa menteskan air mata melihat anak yg sedang menginjak perawan yang wajahnya mirip almarhumah Dewi yang memang itu anak Dewi. Seluruh keluarga Dewi jadi penasaran dan diliputi rasa kecemasan. Disaat itu pula Paman, Bibi dan dua saudara Dewi datang. Santi memulai pembicaraan dengan kata terbata2 dan sedikit senggukan tangisan. Santi menceritakan apa adanya bahwa Dewi meninggal setelah pendarahan akibat pengguguran. Mayatnya tak bisa diurus pulang karena berstatus kaburan. Mendengar cerita itu anak dan ibunya Dewi jatuh pingsan. Ayah Dewi pun lemas tersandar di kursi dengan tetesan air mata. Mendengar kejadian dan suara tangisan di rumah almarhumah Dewi itu para tetangga dekat dan Pak RT. pada datang.
Setelah ibunya Dewi siuman dari pingsan ia memeluk Santi erat2 sambil menyebut2 Dewi, pecahlah lagi tangisan dalam rumah itu. Santipun tak kuasa larut dalam tangisan. Kebetulan hari itu Kamis malam Jum'at tepat empat puluh hari meninggalnya Dewi, maka dengan ala kadarnya orang tua Dewi mengadakan tahlilan sesuai tradisi dikampung Citegal.
Santi yang tadinya mau pulang hari itu diminta dengan hormat oleh orang tua Dewi agar menginap dua tiga hari agar bisa bercerita luas tentang al;marhumah Dewi sekaligus menjadi pengganti obat kerinduan alamarhumah Dewi yang meninggal di Arab Saudi.
==============TAMAT======= ========
**Jika ada persamaan nama, alamat serta kejadian itu hanya kebetulan saja.
Dewi sudah merencanakan pulang setelah fitri karena bulan bulan Ramadlan banyak kerjaan. Disamping itu ia berharap mendapat hadiah lebaran. Ia yang seorang janda sudah tujuh tahun bekerja di Arab Saudi, enam tahun diantaranya menjadi TKI kaburan. Ia sudah memberi kabar kepada keluarganya bahwa rencananya setelah bulan Syawal akan pulang ia minta doa kepada orang tuanya agar proses kepulanganya lancar. Jauh2 hari Dewi sudah mempersiapkan oleh2 buat anak dan orang tuanya diantaranya kalung yang ada bandulnya.
Di kontrakanya Dewi tinggal bersama dengan kawan2nya sesama TKW kaburan dibawah asuhan Pak Mas'ul yang cuma seminggu sekali bertemu yaitu saat ijazah (libur mingguan). Di hari jum'at pagi hati Dewi gelisah wajahnya tidak cerah, bukan karena tak punya uang untuk pulang atau takut nantinya harus menginap di tarhil tapi ada sesuartu ia sembunyikan. Teman2nya bertanya ada apa hari ini Dewi kelihatan gelisah tak seperti sebelumnya yang ceria penuh canda tawa. Lama2 Dewipun berterus terang kepada kawan2nya bahwa ia sudah tiga bulan tak keluar darah kotor (menstruasi) dan minggu ini sudah memasuki bulan keempat. Semua kawanya sudah maklum dan bisa menebak bahwa Dewi hamil karena semua tahu juga bahwa Dewi punya pacar yang kini sudah minggat alias pergi.
Si Dewi bertanya kepada kepada kawan2nya bagaimana cara melenyapkan kandungan yang ada dalam perutnya, karena bulan depan ia merencanakan mau pulang. Bagaimana mungkin ia harus pulang perutnya besar tanpa suami, apa kata keluarganya nanti??
Dari jawaban yang dikeluarkan oleh kawan2nya Dewi memilih menggugurkan kandungan secara tradisional yaitu dengan cara diurut/dipijat. Maka didatangkanlah tukang pijat yang akan menggugurkan kandungan Dewi yang tentu saja lewat hubungan sesama penghuni kontrakan dengan imbalan uang real sekian.
Manusia hanya bisa berusaha Tuhan jualah yang menentukan hasilnya.
Ada pribahasa lain : untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak, itu yang dialami Dewi. Pada malam hari saat Dewi diurut untuk diaborsi ia mengalami pendarahan yang luar biasa. Si tukang urut alias tukang pijat yang punya keahlian menggugurkan ini kaget juga baru kali ini mengurut pasien mengalami pendarahan hebat. Semua penghuni kontrakan bingung dan cemas melihat kondisi Dewi yang badanya makin pucat dan melemas. Mau dibawa ke rumah sakit nggak berani pasti banyak pertanyaan apa sebabnya mengalami pendarahan, apalagi statusnya sebagai TKW kaburan. Akhirnya Dewi diobati ala kadarnya dikontrakan, sambil menunggu pertolongan Tuhan.
Dewi sepertinya sudah merasa bahwa nyawanya tidak akan tertolong lagi karena kondisinya makin kritis. Di satu siang ia berpesan atau berwasiat kepada kawanya yang kebetulan asalnya sedaerah bila pulang nanti titip agar memberikan kalung kepada anaknya. Kawanya tersebut tahu persis alamat Dewi di kampungnya dan mencatat nomor HP orang tuanya. Tak lupa uang simpanan Dewi sebesar 8.000 SR agar diberikan juga kepada orang tuanya. Mengenai nasib jasadnya bila ia meninggal ia serahkan kepada Pak Mas'ul dan kawan2nya sekontrakan Dewi ikhlas mau diapakan juga mau dikubur atau dibuang. Setelah ia berwasiat dengan suara lirih kepada dua kawan yang menunggunya sebutlah namanya Santi dan Siti, persis saat terdengar suara adzan maghrib Dewi menghembuskan nafas yang terakhir untuk kembali ke alam baka menghadap Tuhan pencipta alam semesta...Inna lillahi wa inna ilaihi raji'uun........
Santi dan Siti tak kuasa menahan air mata ia menangis melihat Dewi meninggalkan alam dunia. Jasad Dewi ditutup dengan selimut dan tetap terbaring di atas tempat tidur. Keduanya segera menghubungi Pak Mas'ul dan Si Tukang urut serta kawan lain sesama penghuni kontrakan. Malam itu HP almarhumah Dewi banyak berdering bahkan ada SMS dari anaknya menanyakan kabarnya jadi enggak pulang. Atas inisiatif Siti dan Santi HP Dewi dicabut nomornya agar tak berbunyi lagi. Pak Mas'ul dan semua penghuni kontrakan bingung bagaimana cara mengubur mayat Dewi. Yang paling ditakutkan adalah karena kematian Dewi bukan karena sakit biasa melainkan karena aborsi (pengguguran). Jika dilaporkan, pasti polisi akan menyeret tukang urut dan semua penghuni kontrakan ke penjara Breman karena itu masuk delik asusila, kriminal dan kejahatan.
Tiga malam sudah mayat Dewi dibiarkan diatas pembaringan bau busuk mulai menyengat kontrakan. Satu persatu kawan almarhumah Dewi mulai pindah kontrakan karena ketakutan dan mayat Dewi dibiarkan sendirian. Pada hari kelima atas kesepakatan mantan penghuni kontrakan mengadakan urunan uang dan menyuruh pendatang berkebangsaan Pakistan untuk mengubur mayat Dewi seadanya atau membuangnya ke padangpasir yang penting tidak ketahuan polisi. Entah dikubur atau dibuang dimana kawan2 Dewi tidak tahu yang jelas pada malam ketujuh setelah Dewi meninggal mayatnya sudah tidak ada dikontrakan.
Pada malam itu Santi yang sejak almarhumah Dewi dalam kondisi kritis menunggui bermimpi. Santi dalam mimpinya melihat Dewi duduk di alam terbuka dalam kondisi sedih. Dengan suara parau Dewi berpesan agar Santi dan Siti : "Teh Santi dan Teh Siti sebaiknya kalian cepat pulang jangan mengalami nasib seperti aku...... Jika Teteh sudah sampai di Indonesia tolong sampaikan amanat itu kepada orang tuaku.......".
Sontak saja Santi terbangun dari tidurnya, ia melihat pukul 03.00 pagi. Ia ke kamra mandi mengambil air wudlu kemudian shalat tahajud. mendoakan arwah Dewi dan berdoa kepada Alaah agar kepulangnya lancar. Memang tadinya Dewi, Santi dan Siti sebagai sesama TKW kaburan merencanakan pulang secara bersamaan.
Singkat cerita Santi dan Siti pulang (bagaimana proses di tarhil tak perlu diceritakan).
Sesampainya di Indonesia Santi ingat betul pesan, amanat alias wasiat almarhumah Dewi kawanya itu. Setelah Santi melepas kerinduan di kampung halaman beberapa hari ia segera menemui orang tua Dewi di kampung Citegal, Desa Cibuntu Kec, Simpenan Pelabuhanratu. Ia pagi2 berangkat dari rumah dengan menyewa motor ojek. Empat jam dalam perjalanan tepat pukul 10.00 pagi ia sampai di rumah orang tua Dewi. Hari itu kebetulan hari Kamis di kampung Citegal sedang ada kegiatan Posyandu orang tua Dewi ada di rumah semua.
Setelah bertanya ini itu di jalan akhirnya sampai juga Santi di rumah orang tua Dewi. Semula warga mengira yang datang itu adalah Dewi karena Santi pakai kerudung dan masih kelihatan betul putih kulitnya mantan TKW yang baru pulang dari Saudi, Santi memperkenalkan kepada orang tua Dewi bahwa ia teman dekatanya Dewi di Saudi yang akan menyampaikan amanah atau titiipan. Sebelum Santi melanjutkan pembicaraan kepada orang tua Dewi ia tak kuasa menteskan air mata melihat anak yg sedang menginjak perawan yang wajahnya mirip almarhumah Dewi yang memang itu anak Dewi. Seluruh keluarga Dewi jadi penasaran dan diliputi rasa kecemasan. Disaat itu pula Paman, Bibi dan dua saudara Dewi datang. Santi memulai pembicaraan dengan kata terbata2 dan sedikit senggukan tangisan. Santi menceritakan apa adanya bahwa Dewi meninggal setelah pendarahan akibat pengguguran. Mayatnya tak bisa diurus pulang karena berstatus kaburan. Mendengar cerita itu anak dan ibunya Dewi jatuh pingsan. Ayah Dewi pun lemas tersandar di kursi dengan tetesan air mata. Mendengar kejadian dan suara tangisan di rumah almarhumah Dewi itu para tetangga dekat dan Pak RT. pada datang.
Setelah ibunya Dewi siuman dari pingsan ia memeluk Santi erat2 sambil menyebut2 Dewi, pecahlah lagi tangisan dalam rumah itu. Santipun tak kuasa larut dalam tangisan. Kebetulan hari itu Kamis malam Jum'at tepat empat puluh hari meninggalnya Dewi, maka dengan ala kadarnya orang tua Dewi mengadakan tahlilan sesuai tradisi dikampung Citegal.
Santi yang tadinya mau pulang hari itu diminta dengan hormat oleh orang tua Dewi agar menginap dua tiga hari agar bisa bercerita luas tentang al;marhumah Dewi sekaligus menjadi pengganti obat kerinduan alamarhumah Dewi yang meninggal di Arab Saudi.
==============TAMAT=======
**Jika ada persamaan nama, alamat serta kejadian itu hanya kebetulan saja.
+ comments + 1 comments
Assalamualaikum.wr.wb. perkenalkan nama saya katiman dari surabaya kerja tki di malaysia, saat menulis ini saya teringat memory masa lalu..saya sangat tergugah hati melihat coretan hati yang bapak tulis. saya jadi teringat tentang masa-masa sulit dulu,karena iktiar dan usaha , seolah2 menjadi dendam bukan lagi motivasi, cuma satu tujuan saya pada saat bagaiman caranya untuk bangkit..singkat kata berbagai macam iktiar dan cara yang saya lalui, mengingat pada saat itu hutang saya 1,2m yang tidak sedikit, belum lagi bunga renternir yang bertambah. karena usaha, kesungguhan hati, akhirnya menemukan jalan /solusi . saya percaya ALLAH ITU TIDAK DIAM MAHA PENYAYANG , cobaan itu bukan lah ujian tapi hadiah yang tersilmut untuk kebahagiaan yang sebenar2nya. Bila butuh angka togel ghaib yg sudah kami buktikan hubungi MBAH WITJAKSONO DI 0852_2223_1459. ingat kesempat tidak akan datang untuk yang kedua kalinga
KLIK=> BOCORAN TOGEL 2D 3D 4D 6D